By:Tegar Ja’far M.
“Gerald, pagi ini nanti sampai seminggu kedepan kamu tinggal di
rumah Oma ya nak.”Ucap seorang mama yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.
“emmm… iyadeh ma,emangnya mama mau kemana?”, Tanya si kecil yang masih begitu imut
dan lucunya.
“mama sama papa ada pekerjaan diluar kota dan Gerald nggak boleh
ikut, jadi Gerald tinggal di rumah Oma aja ya nak.”, jelas mama Gerald
sedangkan Gerald hanya pasrah saja. “Iya mama. Jangan lupa bawain oleh- olehnya.”pinta
Gerald.
Di belakang rumah Omanya ada sebuah masjid,250 m dari rumah itu
terdapat gereja.Akan tetapi, keluarga Gerald sendiri adalah Ateis. Di rumah Oma
Gerald, Gerald juga senang bermain dengan anak- anak kampong sekitar sekalipun
berlainan agama.
Suatu hari ketika Gerald bermain bersama teman-temannya, adzan
shalat Ashar pun berkumandang. “Hussain,itu sebenar nya suara apa?Setiap kali
aku di rumah Omaku, aku selalu mendengarnya, tapi sampai saat ini kenapa aku
tak memahami artinya juga ya? Itu bahasa apa sih?.” Tanya Gerald pada sohibnya.
“Itu namanya adzan, biasanya dikumandangkan ketika umat Islam hendak shalat,
dan itu pakai Bahasa Arab. O ya aku ke masjid dulu ya.Dadaaaah….mainnya besok
lagi ya.” Jawab Hussain. Semenjak papa dan mamanya Gerald pergi keluar kota dan
Gerald tinggal bersama Oma dan Opanya. Dia sering sekali mendengarkan suara
Adzan yang berkumandang di belakang rumah Omanya yang dirasanya indah di
dengarkan.
***
Tujuh tahun berlalu….
“Yeee … aku lulus!” sorak Gerald ketika mendapati secarik kertas
pengumuman yg menyatakan kelulusannya dan tepat di hari itu juga semua
sekolahan setingkat SMA mendapat pengumuman atas hasil ujian mereka. “Bagaimana
nasib sobat kecilku ya?” gumamnya dalam hati.
***
“Ma, besok aku libur, aku ke rumah Oma ya?” pinta Gerald pada
mamanya. “Iya, ini ada titipan dari mama buat Oma, tolong dibawa ya nak,” jawab
mama Gerald. Sesampainya dirumah Omanya Gerald langsung memberikan titipan
mamanya dan beranjak pergi ke rumah Hussain, berharap ia akan bertemu dengan
sobat lamanya.
“Selamat sore dik, kak Hussainnya ada?” sapa Gerald pada adik
Hussain.”Iya ada kak, tunggu sebentar ya.” Sahut adik itu.
“Subhanallah, apa kabar sobat kecilku ?”Tanya Hussain.
“Aku baik-baik saja, bagaimana dengan kamu?”Tanya Gerald.
“Aku baik juga. Wah, sudah liburan ya. Mau ada rencana pergi ke
mana? Jelajah dunia kah? he he he he.”sahut Hussain.
“Belum punya rencana mau kemana”jawab Gerald
“Wah, liburan ini aku akan kemping ke Gunung Lawu sama
temen-temenku.”jelas Hussain.
“Kemping? Wah, seru tuh. Boleh aku ikut?” Gerald berharap Hussain
akan mengajaknya.
“Tentu saja boleh. Kamu persiapkan barang- barang, kita akan
berangkat besok rabu.” Jawab Hussain.
“Oke sobat, aku akan menyiapkannya.” Sahut Gerald.
***
Hari Rabu pagi yang mereka nantikan
itupun tiba juga. Gerald, Hussain dan teman-temannya menuju medan
perkempingan.Sesampainya di perkempingan, mereka langsung mendirikan tenda.
Sebagai seorang Muslim, Hussain dan teman-temannya melaksanakan shalat Maghrib
serta menjama’nya dengan shalat Isya’ lalu dilanjutkan dengan
muraja’ah.Sedangkan Gerald hanya duduk menikmati angin yang bertiup
disekitarnya.
“Udara disini begitu menusuk, tapi aku heran,, kenapa aku belum
pernah setenang ini…setiap kali aku dekat dengan sobat kecilku ini, dan ia juga
sangat taat sekali menjalankan sembahyang pada Tuhannya. Hatiku selalu merasa
tenteram jika dibandingkan berada di rumah bersama mama. Huuft, aneh banget
tapi begitulah kenyataannya.” Gumam Gerald ketika merenungkan ketentraman
jiwanya.
Malam berlalu dan embun pagi mulai menyapa, mereka mulai mendaki
gunung. Sekitar jam satu siang mereka hamper sampai di puncak. Akan tetapi
sebagai Muslim yg taat, Hussain dan teman-temannya memutuskan menunda perjalanannya
dan melaksanakan shalat Dzuhur. Ketika itu Gerald lebih memilih jalan-jalan di
tepi sungai. Gerald merasa takjub atas alam yg begitu indahnya, selang beberapa
saat ia mendengar suara yang taka sing lagi ia mendengarnya.
“Aneh banget, masa’ puncak gunung ada alunan itu lagi. Sepertinya
disini juga tidak ada penduduk, apa lagi semacam bangunan persembahyangan kaum
Muslimin.”ia heran dan sejenak bingung namun ia merasa amatlah damai.
“Ada apakah ini? Wahai suara-suara yang menghantuiku apa maksudmu
membuat pendengaranku mendengar alunan yang aku sama sekali tak mengerti
maksudnya? Membuatku tentram setiap mendengar kan alunan adzan kaum Muslimin?
Aku memang tak bertuhan, namun aku harap kau tak membuatku merinding seperti
ini.” Lirihnya di dalam hati, tak sadar air matanya mulai menetes.
“Wahai sobat ada apakah dengan dirimu?” Tanya Hussain menghampiri
Gerald yg sedang bersujud dan masih saja menitikkan air mata.
“Hussain, Tuhanmu begitu nyata. Aku selalu merasa damai ketika
bersama kalian. Aku rasa, Tuhan itu tidak ada, mungkin anggapanku selama ini
salah, aku takpercaya dengan semacam tuhan-tuhan yang tak pernah menunjukkan
wujudnya, namun aku rasa Tuhanmu begitu nyata. Hussain bawa aku bersama
agamamu. Aku merasa sangat dekat dengan-Nya.” Ujar Gerald.
“Sungguh? Subhanallah …Maha Agung Engkau dan Maha Pemberi Hidayah
pada siapa pun yg Engkau Kehendaki.” Hussain takjub dengan scenario Allah dan
mencoba bertanya kembali dengan pernyataan yang barusan diungkapkan Gerald,
sedangkan Gerald mengangguk.
Akhirnya, Gerald yang Ateis telah masuk Islam.